Santri untuk Peradaban Dunia: Dari Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045

Gambar Ilustrasi

Revolusi Peran Santri: Dari Penjaga Tradisi ke Arsitek Peradaban Global
Visi Indonesia Emas 2045 menuntut lahirnya sebuah peradaban baru, yaitu masyarakat yang maju, berkeadilan, dan unggul dalam ilmu pengetahuan, namun tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsa. Dalam konteks ini, santri dan pesantren harus diakui sebagai subjek utama pembangunan, bukan sekadar objek. Sudah saatnya peran mereka direvolusi dari “penjaga warisan” menjadi “arsitek peradaban Dunia” (Kementerian Agama RI, 2025).

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, telah lama mengedepankan keseimbangan antara aspek kognitif (ilmu), afektif (akhlak), dan psikomotorik (kemandirian). Pendekatan holistic education yang diterapkan di pesantren kini menjadi suatu ideal dalam dunia pendidikan modern (Gerbang Patriot, 2025; ResearchGate, 2024). Peradaban yang dibangun oleh santri adalah peradaban yang mengintegrasikan kecerdasan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual.

Peradaban Dunia Berbasis Pesantren: Tiga Pilar Keunggulan
Peradaban yang dirintis oleh santri dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045 didasarkan pada tiga pilar kekuatan unik yang menjadi warisan pesantren:

1. Pilar Moral dan Spiritual: Kontributor Utama Perdamaian Global
Pesantren dapat dianggap sebagai “laboratorium perdamaian” yang secara historis telah berfungsi sebagai benteng moral bangsa (Kementerian Agama RI, 2025). Kontribusi ini harus dikembangkan ke ranah global dengan pendekatan:

a. Moderasi Beragama: Santri diajarkan untuk bersikap moderat (tawasuth), seimbang (tawazun), dan adil (i’tidal). Nilai-nilai ini dapat menjadi jawaban atas isu-isu radikalisme, serta menyajikan model Islam yang penuh kasih bagi semesta (rahmatan lil alamin). Indonesia, melalui santrinya, dikenal sebagai rumah bagi model Islam moderat ini (UIN Saizu, 2024; UMS, 2022).

b. Akhlak Global, Identitas Lokal: Santri diharapkan menjadi global citizen yang kompeten tanpa kehilangan identitas keislaman dan keindonesiaannya. Mereka berperan sebagai agen etika dan welas asih yang melawan krisis moral di ruang publik dan digital (Kementerian Agama RI, 2025).

2. Pilar Intelektual: Jihad Digital dan Sains Qur’ani
Santri kini tidak hanya diidentifikasi sebagai “pasukan bersarung” (Scribd, n.d.), tetapi juga sebagai “Digital Mujahid” pejuang yang menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan literasi keagamaan yang benar di Dunia maya (Kementerian Agama RI, 2025).

Integrasi Ilmu: Pesantren memadukan ilmu agama (kitab kuning) dengan ilmu pengetahuan modern (sains, teknologi, ekonomi). Melalui metode Bahtsul Masail (diskusi mendalam), santri dilatih untuk berpikir kritis (fathonah) dan inovatif, yang sangat penting dalam menghadapi kompleksitas tantangan global (Anwar & Azis, 2021).

Membangun Dunia dari Nilai Qur’ani: Pendidikan santri tidak hanya fokus pada penghafalan, tetapi menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam tindakan nyata, menghasilkan kepemimpinan berbasis adab yang sangat dibutuhkan di Dunia yang mengalami krisis kepercayaan (Nahdlatul Qur’an Kudus, 2025).

3. Pilar Ekonomi: Kemandirian sebagai Kekuatan Geopolitik
Kemandirian ekonomi pesantren (Pesantrenpreneurship) sangat penting untuk mewujudkan kedaulatan bangsa. Santri seharusnya memiliki ambisi lebih dari sekadar menjadi ulama atau pemimpin, tetapi juga konglomerat yang dapat memberi kontribusi maksimal terhadap kesejahteraan Dunia dan Indonesia (Antara News, 2025).

Pusat Pemberdayaan Ekonomi Umat: Pesantren berperan sebagai lembaga produksi, pelatihan entrepreneurship, dan inkubator bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) syariah. Kemandirian ini memberikan kekuatan tawar menawar bagi Indonesia di tingkat global.

Dukungan Struktural: Kebijakan pemerintah, seperti pembentukan Direktorat Jenderal (Dirjen) Pesantren, menjadi akselerator untuk standardisasi, penguatan kurikulum berbasis keterampilan, dan dukungan pendanaan bagi pengembangan ekonomi pesantren (Setneg, 2025).

Tantangan dan Aksi Nyata Menyongsong 2045
Untuk mewujudkan peradaban dunia yang berlandaskan pesantren, beberapa tantangan harus dihadapi dengan aksi nyata:

1. Gempuran radikalisme dan polarisasi digital.
Aksi Nyata: Santri diharapkan menjadi Digital Mujahid dengan menyebarkan narasi Islam rahmatan lil alamin dan moderasi beragama melalui media sosial (Kemenag RI, 2025).

2. Keterbatasan infrastruktur dan akses teknologi.
 Aksi Nyata: Mengadopsi konsep Pesantren 4.0 dengan mengintegrasikan teknologi dalam manajemen, kurikulum, dan unit usaha. Santri perlu dilatih dalam keterampilan teknis maupun karakter (Setneg, 2025).

3. Krisis moral dan dehumanisasi modern.
Aksi Nyata: Memperkuat kurikulum tazkiyatun nufus (penyucian jiwa) dan adab, memastikan Santri Global memiliki akhlak lokal yang kokoh (Kemenag RI, 2025).

Saatnya santri dan pesantren berdiri sebagai pilar peradaban dunia yang diidamkan. Mereka adalah penjaga Nur (Cahaya Ilahi) yang memimpin peradaban menuju arah yang lebih spiritual, beradab, dan berkelanjutan (UINSU, 2025). Indonesia Emas 2045 tidak hanya akan tercapai melalui kemajuan infrastruktur fisik, tetapi juga melalui kemajuan ruhani dan moral yang dipimpin oleh SDM unggul. Di tangan para santri generasi yang memanfaatkan teknologi dengan akhlak, mengintegrasikan ilmu dengan keikhlasan, dan menjaga NKRI dengan cinta peradaban Dunia yang mulia serta Indonesia yang berdaulat akan terwujud.

Referensi
Kementerian Agama RI. (2025). Santri Menuju Peradaban Dunia. (Opini, diakses 22 Oktober 2025).
Setneg RI. (2025). Tegaskan Komitmen Pemerintah, Presiden Setujui Pembentukan Ditjen Pesantren. (Laman Resmi Sekretariat Negara, diakses 22 Oktober 2025).
Antara News. (2025). Transformasi pesantren menuju Indonesia Emas 2045. (Berita Online, diakses 21 Oktober 2025).
Gerbang Patriot. (2025). Pesantren dan Santri: Pilar Moral dalam Membangun Peradaban Bangsa. (Opini, diakses 22 Oktober 2025).
Nahdlatul Qur’an Kudus. (2025). Santri, Qur’an, dan Peradaban: Membangun Dunia dari Pesantren. (Opini, diakses 10 Juli 2025).
UIN Sumatera Utara Medan (UINSU). (2025). Cahaya dari Pesantren: Menanam Cinta Ilahi, Menuai Peradaban Dunia. (Opini, diakses 21 Oktober 2025).
UIN Saizu. (2024). Pesantren Sebagai Media Moderasi Beragama Di Indonesia. (Jurnal Penelitian Agama).
UMS. (2022). Peran Pesantren dalam Moderasi Beragama. (Jurnal ISEEDU).
Anwar, S., & Azis, S. (2021). Bahtsul Masail: Metode Berpikir Kritis Santri dalam Menjawab Tantangan Zaman. (Jurnal Pendidikan Islam).
Research Gate. (2024). Pondasi Peradaban Pondok Pesantren. (Jurnal Ilmiah).

pendaftaran Sertifikasi Halal

Comment