Jangan Pernah Takabur: Firaun dan Akhir Tragis Sang Penguasa Angkuh

Gambar Ilustrasi

Kisah Firaun, penguasa zalim yang namanya diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an, bukanlah sekadar catatan sejarah yang usang. Ia adalah sebuah peringatan yang monumental dan terus hidup cermin kehancuran bagi kesombongan, sekaligus sumber motivasi tak terbatas bagi setiap hamba yang memilih untuk teguh dalam kebenaran.

Firaun dikenang sebagai personifikasi dari kekejaman, kediktatoran, dan arogansi yang mencapai puncaknya hingga ia berani mengklaim dirinya sebagai tuhan tertinggi. Namun, justru dari narasi kelam inilah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan satu kebenaran mutlak: Kekuasaan sejati dan kedaulatan abadi hanyalah milik-Nya, dan setiap kezaliman sekokoh apa pun pasti akan binasa.

Empat Pelajaran dan Motivasi Utama yang Menguatkan Iman

Kisah Nabi Musa AS dan Firaun adalah drama agung pertarungan antara Haq (kebenaran) dan Batil (kebatilan). Dari setiap babak ceritanya, kita dapat memetik semangat yang luar biasa:

1. Harapan Abadi di Tengah Gelapnya Penindasan

Firaun adalah penguasa dengan kuasa mutlak yang menindas Bani Israil. Ia membunuh bayi laki-laki mereka untuk mencegah kelahiran “ancaman” yang diramalkan. Namun, Allah menunjukkan qudrat-Nya (kekuasaan-Nya) dengan menyelamatkan seorang bayi, Musa AS, yang ironisnya justru tumbuh dan dibesarkan di istana Firaun sendiri, di bawah pengawasan musuh bebuyutannya.

pelajaran yang penting: Seberat apa pun tekanan dan sesempit apa pun jalan hidup yang kita hadapi, jangan pernah biarkan harapan kita mati. Pertolongan Allah datang dari arah yang paling tidak terduga dan paling mustahil. Kekuatan Allah jauh melampaui segala perhitungan dan konspirasi manusia.

2. Kesombongan (Takabur) Adalah Akar dari Kehancuran Total

Firaun tidak hanya zalim; ia mencapai level keangkuhan tertinggi, berseru kepada kaumnya:

فَحَشَرَ فَنَادٰىۖ. فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ 

“Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi’.” (Q.S. An-Nazi’at [79]: 23-24)
Kesombongan fatal ini membutakan hati nuraninya dari kebenaran yang dibawa Nabi Musa AS. Ia menyaksikan berbagai mukjizat namun tetap menolak.

Pelajaran yang dapat dipetik Waspadalah terhadap penyakit kesombongan (takabur dan ujub). Setinggi apa pun prestasi kita, kita hanyalah hamba yang lemah. Kerendahan hati (tawadhu’) adalah jalan menuju kemuliaan dan keberkahan sejati.

3. Kemenangan Abadi Hanya Milik Orang yang Sabar dan Teguh

Bani Israil menjalani penderitaan panjang. Mereka bersabar, mengikuti Nabi Musa AS, dan berserah diri kepada Allah. Pada akhirnya, kemenangan itu terwujud:

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Firaun dan) pengikut-pengikut Firaun, sedang kamu menyaksikan(-nya). (Q.S. Al-Baqarah [2]: 50)

pelajarang yang berharga: Kesabaran dan keteguhan (istiqamah) dalam kebenaran pasti akan berbuah kemenangan. Teruslah berjuang di jalan yang benar, karena Allah selalu bersama orang-orang yang bertakwa.

4. Pengabadian Jasad Firaun: Pelajaran tentang Keterlambatan Taubat

Pelajaran paling mendalam datang ketika Firaun akhirnya tenggelam. Saat maut menjemput, barulah ia mengucapkan keimanan taubat yang sudah terlambat dan tidak diterima. Sebagai tanda kebesaran-Nya dan peringatan abadi, Allah berfirman:

 فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةًۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu. Sesungguhnya banyak di antara manusia yang lengah dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”(Q.S. Yunus [10]: 92)

pelajaran berharga: Ayat ini adalah peringatan keras. Jangan pernah menunda taubat dan kebaikan. Waktu adalah rahasia Allah; gunakan setiap detik yang kita miliki untuk memperbaiki diri dan beramal saleh, sebelum pintu taubat tertutup selamanya. Jasad Firaun menjadi bukti fisik bahwa segala kemuliaan duniawi tidak ada artinya jika berakhir dengan penyesalan abadi.

Referensi
Surah Al-Qasas (28): Menceritakan secara rinci tentang kelahiran dan masa kecil Nabi Musa hingga permulaan dakwah kepada Firaun.
Ayat Kunci: Q.S. Al-Qasas [28]: 4 (tentang kezaliman Firaun) dan Q.S. Al-Qasas [28]: 3 (tentang tujuan kisah ini diceritakan).
Surah Al-A’raf (7): Menggambarkan dialog antara Nabi Musa, Firaun, dan para penyihir.
Ayat Kunci**: Q.S. Al-A’raf [7]: 103 (tentang diutusnya Musa kepada Firaun).
Surah Yunus (10): Menceritakan tenggelamnya Firaun dan pengikutnya, serta pengabadian jasadnya sebagai tanda.
Ayat Kunci: Q.S. Yunus [10]: 92 (tentang jasad Firaun sebagai pelajaran).
Surah Al-Baqarah (2): Secara singkat menceritakan penyelamatan Bani Israil dan tenggelamnya Firaun.
Ayat Kunci: Q.S. Al-Baqarah [2]: 50.

pendaftaran Sertifikasi Halal

Comment