Asyura: Sehari Berpuasa, Setahun Pengampunan

Tuban, 7/7/25

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ 

“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim, no. 1162 dari Abu Qotadah)

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Allah berfirman:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram…”
(QS. At-Taubah: 36)

Para mufassir menyebut Muharram sebagai salah satu dari empat bulan tersebut—bulan yang Allah muliakan dan penuh dengan keutamaan. Bahkan, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR. Muslim)

Penyebutan “bulan Allah” menunjukkan keistimewaan Muharram. Sebab sangat jarang Rasulullah menisbahkan sesuatu langsung kepada Allah kecuali untuk menunjukkan kehormatan dan keutamaannya.

Keutamaan Hari Asyura

Di dalam bulan yang agung ini, terdapat satu hari istimewa—hari Asyura, yakni tanggal 10 Muharram. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Apa yang Diampuni?

Para ulama menjelaskan bahwa dosa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil, sebagaimana dijelaskan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim. Adapun dosa besar memerlukan taubat nasuha secara khusus.

Namun, rahmat Allah luas tak terbatas. Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif menyebutkan: jika seorang hamba berpuasa dengan keikhlasan dan pengharapan yang tinggi, bisa saja Allah juga mengampuni dosa-dosa besar sebagai bentuk kemurahan-Nya—dengan syarat disertai taubat yang sungguh-sungguh.

Kenapa Kita Harus Memanfaatkannya?

Dalam kehidupan yang penuh kelalaian, kesempatan untuk diampuni secara cuma-cuma adalah anugerah besar. Dosa membuat hati berat, hidup terasa suram. Maka ketika Allah membuka pintu ampunan hanya dengan berpuasa satu hari, bagaimana mungkin kita menyia-nyiakannya?

Sejarah Puasa Asyura

Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi ﷺ sudah berpuasa di hari Asyura. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

“Hari Asyura adalah hari yang biasa dipuasakan oleh Quraisy pada masa Jahiliyah, dan Nabi pun berpuasa pada hari itu.” (HR. Bukhari & Muslim)

Saat tiba di Madinah, Nabi mendapati orang Yahudi juga berpuasa pada hari itu, karena mengenangnya sebagai hari Allah menyelamatkan Nabi Musa dari Fir’aun. Nabi pun bersabda:

“Kami lebih berhak atas Musa daripada mereka.”
Lalu beliau pun berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasa. (HR. Bukhari)

Dari Wajib Menjadi Sunnah

Awalnya, puasa Asyura sempat menjadi semacam kewajiban sosial umat Islam. Namun setelah turun kewajiban puasa Ramadhan, hukumnya berubah menjadi sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), sebagaimana disebutkan oleh Aisyah:

“Ketika Ramadhan diwajibkan, maka siapa yang mau berpuasa Asyura silakan, dan siapa yang tidak mau maka tidak mengapa.” (HR. Bukhari)

Menyelisihi Yahudi: Tambahkan Puasa Tasu’a

Menjelang akhir hayatnya, Nabi ﷺ berniat berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram (Tasu’a):

“Jika aku masih hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa tanggal 9.”
(HR. Muslim)

Namun beliau wafat sebelum sempat menunaikannya. Niat ini menunjukkan prinsip tidak menyerupai ibadah kaum Yahudi yang hanya berpuasa tanggal 10.

Tingkatan Puasa Asyura

Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad menyebutkan tiga tingkatan puasa Asyura:

  • Paling sempurna: Puasa 9, 10, dan 11 Muharram
  • Tingkat menengah: Puasa 9 dan 10
  • Tingkat minimal: Puasa 10 saja

Syariat memberikan keleluasaan sesuai kemampuan dan kesiapan kita. Tapi meskipun hanya satu hari, keutamaannya tetap luar biasa.

Kesimpulan: Jangan Lewatkan Asyura

Asyura bukan sekadar momentum puasa satu hari. Ia adalah pintu ampunan, warisan sejarah, dan tanda kasih sayang Allah bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali. Maka mari kita siapkan diri—bukan hanya dengan mencatat tanggal di kalender, tetapi juga dengan menata niat dan memperbaiki amal.

Karena puasa ini bukan hanya menahan lapar, tapi tentang membersihkan jiwa dan meraih ampunan.

pendaftaran Sertifikasi Halal

Comment