Oleh: Jamal Marky
Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam
IPARI adalah wadah organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Penyuluh Agama, sebagaimana APRI (Penghulu), APQI (Pentashih), dan organisasi profesi fungsional lainnya. IPARI didirikan untuk mendukung pemerintah dalam memastikan jabatan fungsional penyuluh berjalan secara profesional, terukur kinerjanya, serta mampu menjalankan fungsi pembinaan dan penyuluhan terhadap umat, guna mendekatkan ajaran agama kepada masyarakat secara langsung dan efektif.
Sejak saya dilantik pada 10 Januari lalu, saya berusaha mengenal IPARI lebih dalam. Saya melihat bahwa organisasi ini diisi oleh orang-orang luar biasa: cerdas, disegani, aktif membina umat, dan berpengaruh di masyarakat. Saking hebatnya para pengurus dan anggotanya, saya sempat merasa tidak cukup layak untuk memberikan arahan sebagai Kasubdit. Tapi saya yakin, dengan niat baik dan kerja bersama, tantangan itu bisa dilalui.
Meski baru berusia dua tahun, IPARI sudah menunjukkan semangat organisasi yang matang. Antusiasme para penyuluh terhadap IPARI luar biasa; mereka merasa memiliki rumah bersama tempat mereka bisa berpendapat, berinovasi, dan berkembang secara profesional. Tanpa harus bersusah payah mencari anggota, IPARI telah dihuni oleh puluhan ribu penyuluh yang aktif.
IPARI juga telah berkontribusi nyata mendukung program-program Kementerian Agama. Dua tahun ini menunjukkan bahwa IPARI mampu menjaga kekompakan dan terus tumbuh. Saya bangga kepada IPARI.
Namun demikian, usia dua tahun adalah masa rentan. Dibutuhkan evaluasi, perbaikan, diskusi yang intens, serta penyusunan program dan strategi pendanaan yang halal dan berkelanjutan untuk menopang eksistensi organisasi.
Rakernas kali ini menjadi momen penting untuk konsolidasi, koordinasi, dan konsultasi. Tentu dinamika itu terjadi. Saya pribadi memilih tidak ikut serta secara langsung dalam diskusi-diskusi di komisi, karena saya ingin memastikan dapur Rakernas berjalan dengan baik agar hasil akhirnya dapat “disajikan” dengan rasa terbaik untuk semua pihak. Alhamdulillah, saya menyaksikan semangat luar biasa dari para Pengurus Pusat dan Wilayah. Saya bangga.
Saran saya kepada para pimpinan pusat IPARI: jika masih ada hal-hal yang belum tuntas, selesaikanlah dengan kepala dingin, mengedepankan asas keadilan, kekeluargaan, dan musyawarah mufakat. Tahan ego masing-masing. Kita bersaudara. Tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kekurangan. Gunakan aturan dan SOP yang berlaku di IPARI sebagai acuan. Komunikasi yang terbuka dan efektif akan menjadi solusi terbaik.
Mari kita hindari saling menyalahkan, menghakimi, dan merasa paling benar. Beri ruang untuk klarifikasi dan introspeksi. IPARI masih sangat muda. Sayang bila riak kecil berubah menjadi gelombang besar yang berpotensi merusak. Na’udzubillah.
Harapan saya, IPARI dapat terus maju, mandiri, dan membanggakan. Menjadi organisasi yang solid, profesional, dan berkontribusi nyata terhadap institusi yang kita cintai: Kementerian Agama Republik Indonesia.
Demikian catatan kecil ini saya tulis. Semoga ada manfaatnya.
Salam IPARI!

Comment