Karomah dan Istidraj (Perspektif Tasawuf dalam Menjernihkan Hati dan Pikiran)

Tuban, 12/6/25

Di tengah derasnya arus materialisme dan popularitas ukuran duniawi sebagai indikator kesuksesan, kajian tasawuf menjadi oase spiritual bagi umat Islam. Salah satu topik yang sering disalahpahami adalah mengenai karomah dan istidraj. Banyak orang keliru menilai suatu nikmat sebagai pertanda keridhaan Allah, padahal bisa jadi ia adalah bentuk istidraj.

Definisi dan Distingsi Konsep

Karomah

Karomah adalah anugerah luar biasa yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan istiqamah dalam beribadah. Ini bukan sekadar kenikmatan materi, tetapi bentuk kemuliaan ruhani yang menyertai amal salih. Contohnya adalah seorang hamba yang rajin melaksanakan shalat fardhu dan sunah, gemar bersedekah, dan senantiasa menjaga kesucian hati, kemudian Allah melimpahkan keberkahan dalam hidupnya.

Istidraj

Istidraj adalah bentuk pembiaran dari Allah kepada manusia yang ingkar namun tetap diberi kenikmatan dunia. Dalam pandangan tasawuf, ini merupakan bentuk “istidrajiyyah” atau jebakan ilahi, di mana pelaku maksiat tetap meraih keberhasilan duniawi, namun sejatinya sedang dibiarkan tersesat semakin jauh. Contohnya, orang yang tidak shalat, suka berbuat zalim, namun tetap hidup kaya raya dan disanjung banyak orang.

Analisis Tasawuf: Bahaya Menilai dari Nikmat

Kajian dari Risalatul Muawanah menegaskan bahwa kenikmatan tidak bisa dijadikan tolok ukur keridhaan Allah. Ujian spiritual seseorang bukan hanya dalam bentuk musibah, tetapi juga dalam bentuk kesenangan. Karenanya, munculnya pikiran seperti:

Aku rajin ibadah tapi miskin, sementara dia tidak ibadah tapi kaya. Mending aku tinggalkan ibadah saja.”

merupakan bentuk penyakit hati yang perlu diobati. Begitu pula saat seseorang beribadah hanya karena ingin kaya, lalu kecewa karena belum kaya—ini merupakan bentuk penghambaan yang salah arah.

Pemurnian Niat dalam Ibadah

Tujuan utama ibadah bukanlah memperoleh dunia, melainkan menggapai ridha Allah. Seorang hamba yang sejati tetap istiqamah dalam ketaatan meskipun tidak diberi kekayaan, karena keyakinannya bahwa Allah tetap layak disembah tanpa syarat. Baik karomah maupun istidraj bukan hak manusia untuk menentukan, tetapi murni kehendak Allah. Karenanya, keteguhan niat menjadi fondasi utama dalam tasawuf.

Fenomena karomah dan istidraj menunjukkan pentingnya kejernihan dalam memaknai hidup dan nikmat. Kajian tasawuf membantu manusia untuk tidak tertipu oleh kenikmatan dunia dan mengarahkan hati agar tetap teguh dalam ibadah tanpa pamrih duniawi. Dalam perjalanan menuju usia senja, harapan untuk menjadi “makin tua, makin sehat, makin arif” hanya dapat dicapai dengan hati yang bersih dari prasangka terhadap Allah dan penuh keikhlasan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

pendaftaran Sertifikasi Halal

Comment