Nabi Isa AS, yang bergelar Al-Masih, menempati posisi istimewa dalam Islam sebagai salah satu nabi Ulul Azmi yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menyampaikan risalah. Dalam perspektif Al-Qur’an, beliau adalah rasūlullāh (utusan Allah) dan ‘abdullāh (hamba Allah), bukan entitas Ilahi. Profil kepemimpinannya mencerminkan tiga dimensi utama: visi transformatif, empati mendalam, dan ketegasan prinsipil dalam misi menegakkan tauhid dan reformasi moral bagi Bani Israil.
Kepemimpinan Sejak Dini: Legitimasi dan Visi Ilahi
Al-Qur’an menonjolkan legitimasi kepemimpinan Nabi Isa AS yang diberikan langsung oleh Allah sejak masa bayi. Mukjizat berbicara dalam buaian (fī al-mahdi) berfungsi sebagai proklamasi awal bahwa beliau adalah utusan Allah, bukan pemimpin yang lahir dari ambisi duniawi.
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِۗ اٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا
“Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Dia memberiku Kitab dan menjadikan aku seorang nabi.” (QS. Maryam [19]: 30)
Pernyataan ini menegaskan inti identitas beliau sebagai ‘abdullāh—pemimpin yang seluruh visinya berpusat pada ketundukan kepada Allah dan pemurnian tauhid.
Kepemimpinan Humanis: Empati dan Rahmat
Gaya kepemimpinan Nabi Isa AS tercermin dalam kelembutan, kasih sayang, dan tindakan pelayanan nyata. Mukjizat-mukjizat besar yang diberikan Allah digunakan bukan untuk dominasi, tetapi untuk menyembuhkan dan menolong.
Kepemimpinan Nabi Isa AS dimulai dari akhlak domestik: berbakti kepada ibunya, Maryam AS. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan spiritual harus berdiri di atas etika sosial tertinggi.
وَّبَرًّا بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang berbakti kepada ibuku, dan tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam [19]: 32)
Mukjizat penyembuhan orang buta, penderita kusta, hingga menghidupkan orang mati semuanya dilakukan bi’idhni-llāh (dengan izin Allah), menegaskan bahwa kepemimpinan beliau bebas dari ego pribadi dan berorientasi pada rahmat.
…وَلِنَجْعَلَهٗٓ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا…
“…dan agar Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan rahmat dari Kami.” (QS. Maryam [19]: 21)
Kepemimpinan Intelektual dan Transformasional
Nabi Isa AS diutus sebagai pembaru (reformer) yang meluruskan penyimpangan ajaran dan praktik keagamaan Bani Israil, memimpin dengan kecerdasan spiritual dan moral.
Injil berfungsi sebagai muṣaddiq (pembenar) Taurat dan sebagai sumber hudā (petunjuk) dan nūr (cahaya). Kepemimpinan beliau bersifat edukatif dan dialogis, berfokus pada pemurnian spiritual.
…وَاٰتَيْنٰهُ الْاِنْجِيْلَ فِيْهِ هُدًى وَّنُوْرٌ…
“Dan Kami memberikan kepadanya Injil, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya…” (QS. Al-Ma’idah [5]: 46)
Membangun Komunitas Pengikut yang Solid
Nabi Isa AS berhasil membentuk al-Ḥawāriyyūn, kelompok pengikut setia yang menjadi penolong agama Allah.
مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ… نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ
“Siapakah penolongku dalam (menegakkan) agama Allah?… Kami adalah penolong agama Allah.” (QS. Al-Shaff [61]: 14)
Ini menunjukkan kapasitas beliau sebagai pemimpin yang mampu menginspirasi dan memobilisasi perubahan sosial-spiritual.
Ketegasan Prinsipil: Menjaga Kemurnian Tauhid
Meskipun dikenal penuh kasih, Nabi Isa AS menunjukkan ketegasan mutlak ketika menyangkut akidah.
Al-Qur’an menegaskan bahwa Isa AS tidak pernah meminta disembah dan sangat tegas menjaga kemurnian monoteisme.
اِنَّ اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ
“Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 51)
Ayat lain menegaskan kemanusiaan Isa AS dan Maryam AS:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌ… كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ
“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul… Keduanya makan makanan.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 75)
Kepemimpinan Eskatologis: Simbol Keadilan di Akhir Zaman
Dimensi kepemimpinan Isa AS tidak berakhir pada masa kenabiannya, tetapi berlanjut sebagai figur sentral dalam eskatologi Islam.
Kedatangan kembali Nabi Isa AS merupakan salah satu tanda besar Hari Kiamat.
وَاِنَّهٗ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ…
“Dan sesungguhnya dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda Hari Kiamat…” (QS. Az-Zukhruf [43]: 61)
Dalam hadis sahih, beliau digambarkan sebagai ḥakaman ‘adlan hakim yang adil yang akan menegakkan keadilan dan meluruskan penyimpangan di akhir zaman.
Kesimpulan: Model Kepemimpinan yang Holistik
Nabi Isa AS dalam Al-Qur’an menghadirkan model kepemimpinan yang utuh dan seimbang, memadukan:
Visi Spiritual: Berpusat pada ketundukan total kepada Allah dan pemurnian tauhid.
Kekuatan Ilahiah: Mukjizat sebagai instrumen rahmat, bukan alat kekuasaan.
Kecerdasan Moral dan Intelektual: Reformasi ajaran melalui edukasi, dialog, dan hikmah.
Kepemimpinan beliau mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak lahir dari takhta atau dominasi fisik, tetapi dari kesucian misi, kedalaman empati, dan kebijaksanaan dalam membimbing manusia menuju kebenaran Ilahi.
Referensi
Al-Qur’an Al-Karim, Terjemahan Kemenag RI
QS. Maryam (19): 21, 30, 32
QS. Ali ‘Imran (3): 46, 49, 51
QS. Al-Ma’idah (5): 46, 75
QS. Al-Shaff (61): 14
QS. Az-Zukhruf (43): 61
Hadis Sahih Bukhari & Muslim (turunnya Isa AS sebagai ḥakaman ‘adlan)





Comment