Hikmah Pelajaran Hidup dari Nabi Khidir dalam Surat Al-Kahfi

Tuban, 7/7/25

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. Al-Kahfi/18: 65)

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir bukan sekadar perjalanan mencari ilmu, tetapi juga sarat dengan pelajaran sosial yang mendalam. Di balik setiap tindakan Nabi Khidir yang tampak kontroversial, tersimpan hikmah tentang keadilan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial yang relevan hingga hari ini.

Pertemuan dua Nabi ini diawali dengan kerendahan hati Nabi Musa. Meski sudah menjadi pemimpin Bani Israil, ia tetap bersedia menjadi murid, menunjukkan bahwa ilmu tidak mengenal status. Sosok Nabi Khidir pun mengajarkan bahwa pengetahuan sejati seringkali tersembunyi di balik hal-hal yang tak terduga.

Ketika Nabi Khidir melubangi perahu milik nelayan miskin, misalnya, Ia sebenarnya sedang melindungi mereka dari kezaliman penguasa yang merampas semua perahu layak. Di sini, kita belajar bahwa kebaikan kadang hadir dalam bentuk yang tak menyenangkan, tetapi tujuannya mulia: menjaga hak orang lemah dari kesewenang-wenangan.

Lalu, ketika Nabi Khidir membunuh seorang anak, tindakan itu terasa kejam. Namun, ternyata anak itu kelak akan mendorong orang tuanya yang setia beriman menjadi kufur. Kisah ini menggugah kesadaran tentang betapa kompleksnya kehidupan. Tidak semua yang tampak “baik” benar-benar membawa kebaikan, dan sebaliknya. Nabi Khidir, dengan ilmu laduninya, bertindak demi menyelamatkan masa depan sebuah keluarga, meski harus mengambil keputusan pahit.

Ini mengajarkan kita untuk melihat masalah dari perspektif lebih luas, bukan hanya hitam-putih. Terakhir, saat Nabi Khidir memperbaiki tembok runtuh tanpa meminta upah, Ia sebenarnya menjaga warisan dua anak yatim yang terancam hilang. Di balik sikapnya yang tampak “bekerja gratis”, tersimpan pesan tentang kejujuran dan tanggung jawab terhadap generasi penerus.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir mengajarkan bahwa interaksi sosial tidak boleh hanya didasari oleh permukaan. Ada lapisan-lapisan kebijaksanaan yang membutuhkan kepekaan, kesabaran, dan kepercayaan bahwa setiap peristiwa memiliki maksud tersembunyi. Di era di mana kita mudah menghakimi tanpa tahu konteks lengkap, kisah ini mengingatkan: kadang, yang terpenting bukanlah “apa yang terjadi”, tetapi “mengapa itu terjadi”. Dan untuk memahaminya, kita perlu merendahkan hati seperti Nabi Musa, serta belajar melihat dengan mata hati seperti Nabi Khidir.

pendaftaran Sertifikasi Halal

Comment

pendaftaran Sertifikasi Halal